Pada dasarnya seorang arsitek dituntut untuk menghasilkan ide-ide cemerlang dalam membuat sebuah desain yang sesuai dengan berbagai aspek seperti fungsi, kondisi, fillosofi dan lain sebagainya. Seringkali kita merasa mentok untuk membuat desain, atau merasa biasa-biasa saja. Sebagai contoh, kita desain rumah dengan konsep Rumah Minimalis, yang muncul dipikiran kita adalah, desain dengan menonjolkan garis horizontal dan vertikal dan menghasilkan gambar yang itu-itu saja.
Isaac Newton, gara-gara dia melihat buah apel yang jatuh kemudia muncul ide tentang teori grafitasi. Archimedes tidak sedang mandi di bak mandi ketika menggagas hokum Archimedes. Thomas Edison-pun tidak ujug-ujug berhasil menemukan bohlam tanpa 10.000 kali kegagalan. Semuanya hasil kerja keras mereka yang akhirnya kita mengenal karyanya.
Lantas dari mana Ide cemerlang itu muncul? Setidaknya ada 3 Aspek yang harus kita lakukan,
1. Aspek Sains (Ilmu)
Ide muncul dari titik-titik ilmu yang tersebar kemudian menyambung dari titik satu ke titik yang lain, menghasilkan ide yang berbeda. Sebagai contoh, arsitek dituntut untuk selalu menghasilkan karya yang tidak dimilki oleh orang lain, oleh karenanya kita harus menguasai ilmu misal tentang struktur, estetika, fengshui dsb. Yang jika dikaitkan akan menghasilkan ide yang berbeda-beda. Semakin banyak ilmu, memungkinkan semakin banyak ide-ide yang muncul
2. Asepek Kearifan lokal
Secara aspek kearifan lokal, dibagi 3 N tahapan yaitu Nematke (memperhatikan), Nirukke (menirukan) dan Nambahi (Menambahkan). Atau bisa juga ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Google adalah bukan satu-satunya search engine, sebelumnya ada Yahoo, Bing dsb. Begitu juga Facebook, adalah bukan yang pertama mengemukakan media social, sebelumnya ada Frienster, Xing dsb. Artinya, bukan berarti yang pertama itu akan besar, namun yang terbaiklah yang akan menjadi besar. Dalam dunia arsitek, hal ini sangat diperlukan.
3. Aspek Petunjuk Allah SWT
Aspek yang spektakuler ini tidak dibahas dalam konteks usaha manapun. Para Nabi melahirkan ide-ide besar bukan karena Aspek Sains dan Kearifan lokal. Namun ide tersebut langsung dari Sumber ide yaitu Allah SWT atau kita sebut Wahyu.
Nabi Nuh as. Membuat kapal laut bukan berarti dia adalah tukang kayu atau tukang pembuat perahu, yang dilihat ide gila oleh orang-orang sekitar.
Nabi Ibrahim bukan berarti belajar tukang batu dulu sehingga bisa membuat Ka’bah. Rosulullah SAW seorang Ahli strategi perang, ahli ekonomi dsb karena petunjuk dari Allah SWT.
Namun, itu berbeda dengan tingkatan kita orang biasa, tapi petunjuk / ilham itu bisa datang dikalangan orang-orang shaleh, Muhammad Al-Fatih dari mana dia bisa punya ide bahwa kapal tidak harus berlayar di air? Kapal bisa berlayar di bukit tanpa harus dia uji coba. Langsung dilakukan dengan massif dengan waktu hanya satu malam, tentu bila dilakukan gladi resik maka akan diketahui musuh.
Kita bisa menggunakan 3 aspek diatas ; ilmu, kearifan, petunjuk. Kita bukan nabi dan keshalehan kita juga tidak memadai, maka sebelum melahirkan gagasan besar, kita harus benar-benar memperlajari ilmu arsitektur, kita juga tidak malu-malu untuk mengamati apa saja ide desain yang sudah muncul. Meskipun kita tahu diri keshalehan kita juga terbatas, kita tidak boleh mengabaikan Pentunjuk-Nya dan banyak-banyak memohon pertolongan-Nya agar dimudahkan dalam segala urusan.